Minggu, 14 September 2008

Kapan Al-Quran menjadi Dustur

Sudahkah para lelaki siap berlaku sebagai lelaki sebagaimana para sahabat menantang maut tatkala memperlakukan al-Qur'an sebagai dustur dalam kehidupannya. Sudahkan para ibu merelakan keluarganya, suaminya, anaknya dan kehidupannya bergerak sebagaimana sahabiyah bergerak mengikuti alur al-Qur'an. Sudahkah setiap pribadi bertekad untuk mengaplikasikan al-Qur'an sebagai sesuatu yang realita dalam hidupnya. Bukan sekedar tulisan, naskah kuno atau artikel yang diperbincangkan dibalik meja atau di depan layar televisi untuk sekedar komoditi otak dan kefasihan bicara para tukang debat. Para lelaki masih ketakutan sekedar lecet jari kaki atau merah kulit terbakar sinar hangat matahari untuk melangkah melalui perjalanan dakwah. Para ibu masih lebih khawatir suami kehilangan penghasilannya daripada kehilangan semangat dakwahnya. Lalu kita? Mengkhawatirkan kehilangan segala sesuatu kecuali dakwah. Dakwah yang merupakan sikap nyata mendusturkan al-Qur'an, menjadi begitu murah nilainya. Maka tak heran kitapun menjadi murahan. Tak bernilai dan dilecehkan orang. Relakah kita terus seperti itu,

Tidak ada komentar: