Sabtu, 13 September 2008

Tafrith dan ,Ifrath

Kesesatan selain penyembahan kepada selain Allah yang akhirnya menjadi melakukan penyembahan kepada selain Allah adalah karena perbuatan Tafrith dan Ifrath.

Kita simak sejarah,

عَنْ عَدِيّ بْن حَاتِم قَالَ : قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” إِنَّ الْمَغْضُوب عَلَيْهِمْ :” الْيَهُود”

Dari Ady bin Hatim r.a. berkata : Nabi shalallahu’alaihi wasallam membaca Sesungguhnya Orang-orang yang dimurkai adalah ., “Alyahud (Yahudi)”. [1]

عَنْ عَدِيّ بْن أَبِي حَاتِم , قَالَ : قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ : ” النَّصَارَى “

Dari Ady bin Hatim r.a. berkata : Nabi shalallahu’alaihi wasallam membaca ” Dan bukan jalann orang-orang yang sesat”, ia bersabda Nashrani [2]

Kekafiran Yahudi adalah karena mereka mengetahui kebenaran tapi tidak mengamalkannya, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Sedangkan kekafiran Nashrani adalah dari sisi amal mereka tanpa ilmu. Mereka berusaha mengamalkan berbagai macam ibadah tanpa syari’at dari Allah. Dan mereka berbicara tentang Allah apa-apa yang tidak mereka ketahui.” [3]

Mereka di sebut pelaku Ifrath dan Tafrith, yakni Ifrath adalah melampaui batas dalam beribadah dan beramal tanpa ilmu. Sedangkan tafrith adalah kebalikannya, yaitu melalaikan dan meremehkan ibadah bahkan menentang Kebenaran yang telah diketahui.

Godaan syaithan melalu dua jalur ini. Pertama, dia mengajak manusia kepada kekufuran dan pengingkaran terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui ilmu dan keilmiahannya, (tafrith). Kemudian jika tidak berhasil maka dia menjerumuskan mereka untuk beramal dan beribadah dengan melampaui batas (ifrath) tanpa ilmu yang menyeretnya kepada perbuatan bid’ah sehingga menyimpang dari jalan yang lurus dan akhirnya membawa mereka kepada kesesatan dan kekufuran. (Lihat Makaidus Syaithan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah)

Gambaran mereka yang tersesat dalam sikap tafrith adalah seperti Yahudi, sedangkan yang tersesat dalam sikap ifrath adalah seperti Nashara.

Yahudi terjerumus dalam sikap tafrith sampai membunuh para Nabi dan mencela Isa bin Maryam ‘alaihis salam hanya karena nafsu dan kedengkian mereka. Sejarah menyebutkan mereka tahu dan sangat mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mengenal anak mereka sendiri. Mereka mengenal namanya, sifat-sifatnya, dan lain-lain tentangnya, tapi mereka mengingkari dan menentang beliau. Dan bercokolnya mereka di Madinah karena menunggu nubuwah akan kedatangan seorang Rasul di negeri itu.

Allah berfirman : “Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir. Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar.” (QS. Al Baqarah : 89 )

Allah murka dan melaknat Yahudi karena sikap tafrith, mengetahui Al Haq tapi mengingkarinya. Maka Allah mengatakan tentang mereka : Katakanlah : “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasiq) itu di sisi Allah? Yaitu orang-orang yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah dan di antara mereka ada yang dijadikan kera-kera dan babi-babi dan penyembah thaghut.” (QS. Al Maidah : 60 )

Sedangkan Nashrani tersesat dalam sikap ifrath dengan menuhankan Isa dan menyembah pendeta-pendeta. Allah berfirman tentang mereka : “Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas (ghuluw) dalam agamamu dan janganlah kalian mengatakan atas (nama) Allah kecuali yang haq. Sesungguhnya Al Masih Isa putra Maryam adalah Rasulullah … .” (QS. An Nisa’ : 171 )

Itulah sikap ifrath (berlebih-lebihan dalam agama) mereka, berbicara tentang Allah dan atas nama Allah tanpa ilmu. Sehingga terucap dari mereka kalimat kufur yang sangat besar yaitu mengatakan bahwa Isa adalah jelmaan Allah atau Isa adalah anak Allah atau Isa, Maryam, dan Allah adalah satu yang tiga, tiga yang satu. Subhanallah, Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan!! Allah adalah satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan! Maka kafirlah mereka dengan ucapan itu dan gugurlah amalan mereka dan ibadah mereka. Walaupun mereka beribadah kepada Allah dengan khusyu’ dan menangis, berdzikir menyebut nama Allah, dan memujinya dengan ikhlas. Demikianlah orang-orang yang berusaha untuk beribadah kepada Allah tetapi tanpa ilmu akhirnya mereka tersesat dan amalannya sia-sia.

Allah berfirman setelah mengatakan kekafiran orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah satu dari yang tiga : “Wahai ahli kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat terdahulu (sebelum kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam). Mereka menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al Maidah : 77 )

Dari beberapa uraian tersebut diatas jelaslah mengapa mereka dimurkai dan dinyatakan sesat. Kenapa juga kita sebagai orang mu’min selalu berdo’a dalam shalatnya “Ihdinash shiraatal Mustaqiim, Shirathal ladzina an’amta ‘alaihiim”, yakni tiada lain untuk terhindar dari dua kelompok yang dmurkai dan yang sesat.


Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : “Al Maghdhub Alaihim adalah orang-orang yang rusak niatnya. Mereka mengetahui Al Haq tapi menyeleweng darinya. Sedang Adh Dhaallin adalah orang-orang yang tidak memiliki ilmu sehingga mereka bingung dalam kesesatan, tidak mendapatkan petunjuk kepada Al Haq, … dan seterusnya.” (Tafsir Ibnu Katsir 1/31-32 )

Tafrih dan ifrath di kalangan kaum muslimin.

Rasulullah mensinyalir kondisi ini dalam suatu hadits dari Ibnu Mas’ud ra, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggaris satu garis dengan tangannya kemudian berkata : “Ini adalah jalan yang lurus.” Kemudian menggaris beberapa garis di kanan dan kirinya, kemudian berkata : “Ini jalan-jalan, tidak ada satu jalan pun daripadanya kecuali ada syaithan yang mengajak kepadanya.” Kemudian membacakan ayat : “Ini jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah mengikuti jalan-jalan (lain) … .” (QS. Al An’am : 153 ) [HR. Ahmad, Ad Darimi, Al Hakim]

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa umat beliau akan berpecah dalam berbagai macam jalan dan yang selamat hanya satu kelompok, tentu saja bukan satu organisasi. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa yang selamat adalah mereka yang tetap berada dalam shirathal mustaqim (jalan yang lurus) sedangkan jalan-jalan yang lain adalah jalan-jalan syaithan. Dengan demikian hanya ada dua kemungkinan yaitu mengikuti jalan keselamatan atau jalan kesesatan, mengikuti jalan Allah atau jalan syaithan.

Dalam riwayat dari Abi Said Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sebagian umat ini akan mengikuti model yahudi dan nashrani. “Pasti kalian akan mengikuti sunnah-sunnah (jalan/kebiasaan) orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal sehasta demi sehasta.” (Muttafaqun Alaihi)

Kita lihat bahwa perpecahan umat ini kita pahami bahwa dalam umat ini pun terdapat dua kesesatan model yahudi dan nashrani sebagai kaum yang dilaknat dan kaum yang sesat. Sufyan bin Uyainah dan para ulama Terdahulu yang Sholeh berkata : “Sesungguhnya orang yang rusak dari ulama kita, maka padanya ada penyerupaan terhadap yahudi. Dan orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka padanya ada penyerupaan dengan nashrani.” [4]

Hadanallahu wa iyyakum ajma’in, wallahu a’lam bishowab

Footnote


[1] lihat : Jami’ul Bayan Imam Ath Thabary Hadist 163

[2] lihat : Jami’ul Bayan Imam Ath Thabary Hadist 173

[3] Iqtidha Shiratil Mustaqim oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah 1/67

[4] Kitab Iqtidha Shirathil Mustaqim oleh Syaikh Islam 1/68

Tidak ada komentar: