Rabu, 10 September 2008

Dukungan Militer Amerika pada Israel (1)

Ribuan orang Palestina, Libanon dan Arab terbunuh oleh senjata Zionis Israel yang diproduksi di Amerika. Washington membekali Tel Aviv dengan semua jenis persenjataan perang, mulai dari pesawat, rudal dan meriam. Hal inilah yang menjadikan Washington sebagai sekutu bersama Israel di dalam setiap pembantaian yang terhadap terhadap bangsa Arab dan Islam, yang membuat Amerika dan entitas Zionis bertanggung jawab langsung atas semua terror sitematis yang terjadi di dunia Arab dan Islam. Namun siapa bisa menghadapi Washington dan menggerakan sarana undang-undang dan informasi untuk melawannya guna menghentikan kejahatannya.

Infopalestina-Filisteen Almuslima: Dukungan Amerika kepada entitas Zionis Israel tidak hanya terbatas pada meteri, politik, diplomatik, ekonomi dan intelijen saja, namun juga pada bidang militer. Meskipun Israel menghasilkan 12% senjata dunia, namun negara ini terus mendapatkan bantuan militer besar dari Amerika. Pertanyaannya adalah mengata Amerika mendukung Israel meskipun kepentingan terbesarnya ada di dunia Arab dan Islam?

Orang-orang Amerika yang mendukung kebijakan ini berkeyakinan bahwa Israel adalah satu-satunya negara demokratis di kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu membantu dan menberikan dukungan kepada Israel berarti menjaga oase demokrasi ini, di dunia yang tidak mengenal abjadiyah kerja demokratis dan masyarakat sipil yang melembaga.

Israel juga dianggap sebagai bagian dari dunia Barat dan bekerja demi melindungi kepentingan Amerika dan Barat secara umum di Timur Tengah; kawasan penting di dunia ditinjau dari sumber-sumber energi yang ada. Untuk itu Amerika memanfaatkan isolasi Israel dari sekitarnya dan naluri untuk tetap eksis di dunia disiapkan untuk menjamin kepentingan tersebut. Kelompok ini juga melihat bahwa dukungan terhadap Israel mencegah berdirinya negara regional yang kuat, yang menunjukan idependensi dari negara-negara Barat. Hal itu kelihatan di Mesir ketika Mantan Presiden Jamal Abdul Nasher berupaya membangun negara yang diharapkan memimpin dunia Arab dan hal itu diumukan televisi Swis pada tahun 1956 sebagai langkah menuju jalan tersebut. Maka jawaban Barat adalah genderang perang terhadap Mesir yang dilakukan oleh Peransis dan Inggris serta konspirasi Israel untuk menduduki tanah Mesir, khususnya dua tepi terusan Swis dan menghalangi proyak Pan-Arabisme.

Hal itu terulang kembali dengan Irak ketika mendiang Presiden Sadam Husain meletakan batu bata nasionalisme yang kuat dan pendirian kaedah ilmiyah yang disiapkan oleh 30 ribu ahli dan peneliti sebagai mukadimah pembangunan Irak baru. Israel, melalui lobi Yahudi, kaum neo-konservatif dan arus Kristen Zionis turut serta dalam perang ini bersama Amerika yang mengembalikan Irak ke puluhan tahun silam. Israel berhasil menghancurkan reaktor nuklir Irak di Ozirak pada tahun 1981 untuk tujuan yang sama. Sebagaimana Israel saat ini bekerjasama dengan Amerika dan negara-negara Barat dalam menghadapi Iran yang menurut Barat berupaya menjadikan dirinya sebagai negara regional terkuat. Anggapan ini diperkuat dengan wlayahnya yang luas, jumlah pendudukan yang besar secara prosentase, selain letaknya yang strategis lagi istimewa, yang menghubungkan wilayah Kaukasus dan Asia Tengah, berbatasan dengan Turki, Afganistan, Pakistan dan memanjang di dunia Arab dan Samudra Hindia, serta menguasai selat Hurmuz. Upaya Iran untuk memproduksi senjata nuklir, menurut pandangan di atas, mengancam eksistensi Zionis di Palestina terjajah.

Kelompok pendukung pemberian dukungan militer kepada Israel ini menegaskan peran kewajiban Israel untuk melindungi kepentingan Barat secara umum dan Amerika secara khusus di tengah-tengah krisis dan naiknya harta minyak. Posisi negara Zionis di tengah-tengah dunia Arab yang kaya minyak serta kedekatannya dari jalan-jalan suplai mengharuskan Amerika mendanai ‘satpam’ tersebut. Perlu menjadi catatan bahwa perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang permiyakan berorientasi pada pentingnya kawasan geoekonomi dan geopolitik pascaperang dunia kedua. Mereka mulai menekan gedung putih untuk menjamin kepentingan perusahaan-perusahaan tersebut. Gedung putih mendapati apa yang dicarinya itu di Iran dengan mengirim 40 ribu pasukan Amerika ke sana, kemudian di Israel dengan menjalin hubungan semi rahasia karena khawatir menyulut meningkatnya kebangsaan Arab dan menjauh ke pangkuan Uni Soviet.

Pada waktu itu, Israel mengambil untung dari prinsip Presiden Amerika Dwight Eisenhower yang menjanjikan setiap negara yang khawatir dirinya terkena dampak komunis untuk mendapatkan bantuan dana dan militer dari Amerika. Blok pendukung Israel tidak melupakan adanya koalisi strategis antara Israel dengan Amerika. Kelompok ini menganggap bahwa musuh Amerika adalah musuh Israel dan kawan Amerika adalah kawan Israel. Hubungan strategis ini nampak jelas dalam perang yang dilakukan Amerika terhadap apa yang disebutnya “terorisme internasional”. Kedua negara ini memerangi siapa saja yang disebutnya kelompok teroris dengan berbagai bentuk koordinasi yang mencakup hingga istilah termonilogi.

Ada sebab lain sehingga pemerintahan Amerika menganggap sangat penting untuk mendukung Israel dan mewakilinya dalam ekspor senjata Amerika melalui Israel ke negara-negara yang membahayakan undang-undang Amerika sendiri. Israel juga memainkan peran tugas-tugas Amerika di Timur Tengah di dalam melindungi rezim sekutu Barat, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1970 saat Penasehat Keamanan Nasional Amerika Henry Kissinger meminta Israel untuk melindungi pemerintah Yordania yang mendapatkan ancaman setelah masuknya militer Suriah ke wilayah Yordania menyusul pertempuran yang berlangsung antara pemerintah Yordania dengan kelompok-kelompok bersenjata Palestina.

Peran Israel sebagai koalisi terpercaya dan pelindung bagi kepentingan Amerika semakin nampak dalam perang terakhir yang dilakukan Israel terahdap Libanon dan yang dilakukan terhadap bangsa Palestina, guna memasarkan ide timur tengah baru sesuai dengan standar Amerika.

Sejumlah pakar ekonomi Timur Tengah menafsirkan bahwa salah satu sebab dukungan militer Amerika kepada Israel adalah masalah ekonomi sebagai peringkat pertama. Karenanya bagian terbesar dari dukungan dana Amerika kepada Israel dikhususkan untuk membeli senjata dari Amerika. Dengan demikian Amerika telah mendukung perekonomiannya sendiri dan menjaga kesempatan kerja bagi ribuan tenaga kerja Amerika.

Para pemegang keputusan di Amerika melihat Israel sebagai pangkalan Amerika yang maju dan gudang senjata bagi kekuatan Amerika, serta sebagai medan melakukan manuver-manuver bersama.

Sebab lain dan yang tidak kalah penting dari yang disebutkan tadi adalah langkah Israel melakukan percobaan dan pengujian senjata Amerika secara praktis di lapangan dan kajian sejauh mana pengaruhnya secara nyata di lapangan (Palestina dan sekitarnya).

Untuk alasan-alasan tersebut dan juga alasan lainnya, maka pemerintah Amerika melihat pentingnya memberikan dukungan terhadap Israel. Bahkan dukungan ini menjadi prioritas utama kebijakan luar negeri Washington (bersambung). (fm/seto)

Tidak ada komentar: