Minggu, 07 September 2008

RAHASIA PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL


PDF Print E-mail
Written by Azis
Saturday, 06 September 2008 22:48

Menembus Eropa

Setiap pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud Rasulullah saw
dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan tentaranya tentara yang terbaik
dan membebaskan Konstantinopel agar terbebas dari kekuasaan Romawi.

Sudah sejak Rasulullah saw masih hidup, beliau sudah berupaya menjadikan penguasa
di Konstatinopel menjadi muslim. Selembar surat ajakan masuk Islam dari nabi saw
telah diterima Kaisar Heraklius di kota ini.

Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius raja Romawi.

Bismillahirrahmanirrahim, salamun ‘ala manittaba’al-huda, Amma ba’du,

Dikabarkan bahwa saat menerima surat ajakan masuk Islam itu, Kaisar Heraklius
cukup menghormati dan membalas dengan mengirim hadiah penghormatan
. Namun dia mengakui bahwa dirinya belum siap untuk memeluk Islam.

Di masa shahabat, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu,
Khalid bin Walid dikirim sebagai panglima perang menghadapi pasukan Romawi.
Khalid memang mampu membebaskan sebagian wilayah Romawi dan menguasai
Damaskus serta Palestina (Al-Quds). Tapi tetap saja ibukota Romawi Timur
saat itu, Konstantinopel, masih belum tersentuh.

Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, pahlawan yang merebut Al-Quds sekalipun,
ternyata masih belum mampu membebaskan Konstantinopel. Padahal
beliau pernah mengalahkan serangan tentara gabungan dari Eropa pimpinan
Richard The Lion Heart dalam perang Salib. Ternyata membebaskan kota
warisan Kaisar Heraklius bukan perkara sederhana. Dibutuhkan kecerdasan,
keuletan dan tentunya, kekuatan yang mumpuni untuk pekerjaan sebesar itu.

Dan ternyata Sultan Muhammad Al-Fatih orangnya. Beliau adalah sosok yang
telah ditunggu umat Islam sepanjang sejarah menunggu-nunggu realisasi
hadits syarif Muhammad saw.
Tetapi Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah menyerah. Sejarah mencatat
beliau telah memerintahkan para ahli dan insinyurnya untuk membuat
sebuah senjata terdahsyat, yaitu sebuah meriam raksasa. Suaranya saja mampu
menggetarkan nyali lawan dan berpeluru logam baja. Meriam ini mampu menembak
dari jarak jauh serta meluluh-lantakkan benteng Bosporus.

Inilah barangkali meriam terbesar yang pernah dibuat manusia. Sebelumnya dari sejarah
para penakluk, belum pernah ada tentara manapun yang punya meriam raksasa sebesar ini.

Pribadi Shalih

Dari sisi keshalihannya, Muhammad Al-Fatih disebutkan tidak pernah meninggalkan
tahajud dan shalat rawatib sejak baligh hingga saat wafat. Dan kedekatannya kepada
Allah swt ditularkan kepada tentaranya. Tentara Sultan Muhammad Al-Fatih tidak
pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh. Dan separuh dari mereka tidak
pernah meninggalkan solat tahajud sejak baligh.

Itulah barangkali kunci utama keberhasilan beliau dan tentaranya dalam menaklukkan
kota yang dijanjikan nabi saw. Rupanya kekuatan beliau bukan terletak pada kekuatan
pisik, tapi dari sisi kedekatan kepada Allah, nyata bahwa beliau dan tentaranya sangat
menjaga hubungan kedekatan, lewat shalat wajib, tahajjud dan sunnah rawatib lainnya

Menerima Jabatan Khalifah Sejak Belia

Usia beliau masih sangat muda, boleh dibilang masih kanak-kanak
tatkala ayahandanya, Sultan Murad II, pensiun dini dari mengurus khilafah. Sang Ayah
berniat untuk beruzlah di tempat yang sepi dari keramaian politik. Roda kepemim
pinan diserahkan kepada puteranya, Muhammad, yang sebenarnya saat itu masih belum
cukup umur. Mengingat saat itu wilayah Islam sudah membentang luas dari Maroko
sampai Marouke.

Namun kebeliaannya tidak membuat prestasinya berkurang. Justru sejarah mencatat
bahwa di masa kepemimpinan beliau, silsilah khilafah Bani Utsmani mencapai kejayaan terbesarnya, yaitu menaklukkan benua Eropa sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya
oleh Rasulullah saw.

Kecakapan Muhammad cukup masuk akal, mengingat sejak kecil beliau telah mendapat
kan berbagai macam pembinaan diri dan pendalaman ilmu-ilmu agama. Sang Ayah
memang secara khusus meminta kepada para ulama untuk mendidiknya, karena nantinya
akan menjadi khalifah tertinggi. Mulai dari bahasa Arab, tafsir, hadits, fiqih sampai ke
ilmu sistem pengaturan negara, telah beliau lahap sejak usia diri. Bahkan termasuk
ilmu strategi perang dan militer adalah makanan sehari-hari.

Siapa Yang Jadi Khalifah?

Sultan Murad II berhenti dari jabatannya di tengah begitu banyak problem,
baik internal maupun eksternal. Sementara khilafah sedang menghadapi serangan
bertubi-tubi dari tentara kerajaan Romawi Timur.

Sebagai khalifah yang masih sangat belia, Muhammad Al-Fatih kemudian ber
inisiatif untuk mengirim utusan kepada ayahandanya dengan membawa pesan.
Isinya cukup unik untuk mengajak sang ayahanda tidak berdiam diri meng
hadapi masalah negara.

“Siapakah yang saat ini menjadi khalifah: saya atau ayah? Kalau saya yang menjadi
khalifah, maka sebagai khalifah, saya perintahkan ayahanda untuk datang kemari ikut
membela negara. Tapi kalau ayahanda yang menjadi khalifah, maka seharusnya
seorang khalifah berada di tengah rakyatnya dalam situasi seperti ini”

Sang Penakluk atau Sang Pembebas?

Karena prestasinya menaklukkan Konstantinopel, Muhammad kemudian mendapat
gelar “Al-Fatih”. Artinya sang pembebas. Barangkali karena para pelaku sejarah
sebelumnya tidak pernah berhasil melakukannya, meski telah dijanjikan nabi saw.

Namun orang barat menyebutkan The Conqueror, Sang Penakluk. Ada kesan
bila menggunakan kata “Sang Penakluk” bahwa beliau seolah-olah penguasa yang
keras dan kejam. Padahal gelar yang sebenarnya dalam bahasa arab adalah Al-Fatih.
Berasal dari kata: fataha - yaftahu. Artinya membuka atau membebaskan. Kata ini
terkesan lebih santun dan lebih beradab. Karena pada hakikatnya, yang beliau lakukan
bukan sekedar penaklukan, melainkan pembebasan menuju kepada iman dan Islam.

Beliau merupakan seseorang yang sangat ahli dalam berperang dan pandai berkuda.
Ada yang mengatakan bahwa sebagian hidupnya dihabiskan di atas kudanya.

Yang lebih menarik, meski beliau punya kedudukan tertinggi dalam struktur pemerintahan,
namun karena keahlian beliau dalam ilmu strategi perang, hampir seluruh perjalanan
jihad tentaranya ia pimpin secara langsung. Bahkan ia tetap berangkat berjihad kendati
sedang menderita suatu penyakit.

Tata Negara dan Administrasi

Selain sebagai ahli perang dan punya peran besar dalam hal perluasan wilayah Islam,
beliau juga ahli di bidang penataan negara, baik secara pisik maupun dalam birokrasi
dan hukum. Kehebatan beliau dalam menata negerinya menjadi negeri yang sangat maju
diakui oleh banyak ilmuwan. Bahkan secara serius belaiu banyak melakukan perbaikan
dalam hal perekonomian, pendidikan dan lain-lain.

Beliau juga merupakan orang pertama yang memperkenalkan istilah Politik dalam Bahasa
Arab (Siyasah). [http://en.wikipedia.org/wiki/Mehmed_II]

Dalam kepemimpinannya, Istambul dalam waktu singkat sudah menjadi pusat pemerin
tahan yang sangat indah dan maju di samping sebagai bandar ekonomi yang sukses.

Beliau juga dikenal sebagai pakar dalam bidang ketentaraan, sains, matematika.
Beliau memenguasai 6 bahasa sejak berumur 21 tahun. Seorang pemimpin yang hebat
namun tawadhu’.

Mendidik Tentara Satu hal yang jarang diingat orang adalah proses pembentukan pasukan
yang sangat profesional. Pembibitan dilakukan sejak calon prajurit masih kecil. Ada
team khusus yang disebarkan ke seluruh wilayah Turki dan sekitarnya seperti Balkan
dan Eropa Timur untuk mencari anak-anak yang paling pandai IQ-nya, paling rajin
ibadahnya dan paling kuat pisiknya. Lalu ditawarka kepada kedua orang tuanya
sebuah kontrak jangka panjang untuk ikut dalam tarbiyah (pembinaan) sejak dini.

Bila kontrak ini ditandatangani dan anaknya memang berminat, maka seluruh
kebutuhan hidupnya langsung ditanggung negara. Anak itu kemudian mulai
mendapat bimbingan agama, ilmu pengetahuan dan militer sejak kecil. Mereka
sejak awal sudah dipilih dan diseleksi serta dipersiapkan.

Maka tidak heran kalau tentara Muhammad Al-Fatih adalah tentara yang paling
rajin shalat, bukan hanya 5 waktu, tetapi juga shalat-shalat sunnah. Sementara
dari sisi kecerdasan, mereka memang sudah memilikinya sejak lahir, sehingga
penambahan ilmu dan sains menjadi perkara mudah.

Konstantinopel Menjadi Istanbul

Setelah ditaklukan nama Konstatinopel diubah menjadi Islambul yang berarti
“Kota Islam”, tapi kemudian penyebutan ini bergeser menjadi Istambul seperti
yang biasa kita dengar sekarang.

Sejak saat itu ibu kota khilafah Bani Utstmani beralih ke kota ini dan menjadi
pusat peradaban Islam dan dunia selama beberapa abad. Sebab kota ini kemudian
dibangun dengan segala bentuk keindahannya, percampuran antara seni Eropa Timur
dan Arab.

Gereja dan tempat ibadah non muslim dibiarkan tetap berdiri,
tidak diutak-atik sedikit pun. Sementara khalifah membangun gedung dengan arsitektur
yang tidak kalah cantiknya dengan gedung-gedung sebelumnya. Sepintas kalau kita
lihat gedung peninggalan peradaban masehi sama saja dengan bangunan masjid.
Tetapi ternyata tetap ada perbedaan mendasar. Selain masalah salib yang menjadi
ciri gereja, bangunan dari peradaban Islam punya dominasi lingkaran dan setengah lingkaran.

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan bayak kawan dan
lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik strategi peperangannya yang
dikatakan mendahului zamannya.

Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya).
Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul.
Untuk memperingati jasanya, Masjid Al-Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

Tidak ada komentar: