Sekedar penyambung tulisan Sdr. Muhammad Jamzuri
Semoga bermanfaat
Rabu, 10 September 2008 20:06:26 - oleh : admin
Opini publik dewasa ini kurang menyadari bahwa Si
Singamangaraja XII adalah seorang muslim, yang di angkat sebagai
Maharaja di negri Toba di kota Bakara pada 1304 Hijri. Sebagai seorang
pejuang yang bertempur terus hingga akhir hayatnya ketika ditangkap dan
di tembak oleh Belanda pada 17 Juni 1907.
Untuk menghargai dan menghormati jasa yang telah di
korbankan bedasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 217 tahun
1957, pemerintah telah mengangkat Si Singamangaraja XII sebagai pahlawan
kemerdekaan nasional. Adapun yang di maksud dengan batasan Pahlawan
Kemerdekaan Nasional adalah seorang yang masa hidupnya terdorong oleh
rasa cinta tanah airnya dan sangat berjasa dalam memimpin suatu kegiatan
yang teratur menentang penjajah di Indonesia melawan musuh dari luar
negri, ataupun sangant berjasa baik dalam lapangan politik,
ketatanegaraan, sosial ekonomi, kebudayaan maupun dalam lapangan ilmu
pengetahuan yang erat hubunganya dengan perjuangan kemerdekaan dan
perkembangan Indonesia.
Mungkin dasar kriteria semacam di atas, di tambah dengan
adanya sistem penyusunan cerita Sejarah Nasional yang tidak menonjolkan
tentang agama yang di peluknya, menyebabkan kita tidak menyadari bahwa
Si Singamangaraja adalah pejuang Islam yang gugur sebagai syuhada pada
tanggal 17 juni 1907.
Silsilah
Perlu pula kita ketahui bahwa nama Si Singamangaraja
adalah nama dinasti dari keluarga "Sinambela". Yang kita bicarakan di
sini adalah keturunan yang ke-12. Adapun silsilahnya sebagai berikut:
1. Raja Munghuntal -Si
Singamangaraja I
2. Ompu Raja Tianaruan -Si Singamangaraja
II
3. Raja Itubungna -Si
Singamangaraja III
4. Sori Mangaraja -Si
Singamangaraja IV
5. Pallongos -Si
Singamangaraja V
6. Pangulbuk -Si
Singamangaraja VI
7. Ompu Tuan Lumbut -Si Singamangaraja
VII
8. Ompu Sotaronggal -Si
Singamangaraja VIII
9. Ompu Sohalompoan -Si Singamangaraja
IX
10. Ompu Tuan Nabolon -Si Singamangaraja X
11. Ompu Sohahunon -Si Singamangaraja
XI
12. Patuan Besar Ompu Pulo Baru -Si Singamangaraja XII
Kristenisasi
Perlu saya jelaskan telebih dahulu tentang
kristenisasidi sini tidak bertujuan menggoyahkan kerukunan beragama,
tetapi sekedar mengisahkan kembali tentang cara Belanda menguasai daerah
Tapanuli melalui Kristenisasi. Jadi sebagai fakta sejarah yang
benar-benar telah terjadi dan memang masalah Kristenisasi inilah yang
nantinya menjadi sumber pangkal permasalahan mengapa Si Singamangaraja
XII mengadakan perlawanan bersenjata terhadap Belanda. Tampaknya
penyebaran agama Kristen di Tapanuli saat itu mempunyai tujuan politik
untuk menguasai wilayah tersebut. Dan tujuan politis inilah yang
mengubah sikap rakyat Tapanuli terhadap agama Kristen. Penyebaran agama
itu sendiri tidaklah mendapat perlawanan. Tetapi tujuan politik penjajah
membangkitkan rakyat untuk mengangkat senjata.
Adapun tujuan politik yang menyertai penyebaran agama
Kristen saat itu adalah seperti yang diyatakan oleh J.P.G Westhoff:
"menurut pendapat kami untuk tetap memiliki jajahan-jajahan kita untuk
sebagian besar adalah tergantung dari pengkristenan rakyat yang sebagian
besar belum beragama atau yang telah beragama Islam.
Gerakan agresi agama ini besar kemingkinan mulai di
lancarkan ke daerah Tapanuli pada 1824. Hal ini terbukti dengan adanya
pembunuhan terhadap Baptis Amerika yakni Munson dan Lyman di Sinaksak.
Kemudian gerakan ini di perhebat pada 1861 yang di lakukan oleh Rijnsche
Zending yang memusatkan gerakanya di Padang Sindempuan.
Dari sini gerakan akan diarahkan memasuki daerah Toba.
Untuk keperluan ini pemerintah kolonial Belanda menunjuk misionaris
Nommensen dan Simoniet. Daerah-daerah serta rakyatnya yang telah di
pengaruhi oleh penyebaran agama ini kemudian secara administratif di
serahkan kepada kolonial Belanda. Atas jasa yang demikian besar ini
pemerintah Belanda merasa berhutang budi terhadap Nommensen, dan pada
1911 Nommensen di beri bintang Officer van Oranje-Nassau.
Penyebaran agama semacam di atas mempunyai efek politik
dan ekonomi sosial yang sangat merugikan rakyat Tapanuli. Penyerahan
daerah kepada pemerintah kolonial Belanda, membawa akibat timbulnya
sistem monopoli di bidang perdagangan. Termasud ke dalam masalah
pertanian, penjualan hasil bumi di monopoli oleh Belanda. Di bidang
politik tindakan tersebut berarti mempersempit daerah kekuasaan Si
singamangaraja, di bawah kondisi yang demikian mendorong pandangan
politik dan ekonomi rakyat Tapanuli untuk lebih bersahabat dengan Aceh
dan Sumatra Barat.
Si Singamangaraja XII
Penobatan Si Singamangaraja XII sebagai Maharaja di
negri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu
terbuka). Belanda merasa perlu mengamankan modal asing yang beroperasi
di Indonesia yang tidak mau menandatangani Korte Verkaring ( perjanjian
pendek) di Sumatra terutama Aceh dan Tapanuli. Kedua konsultan ini
membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Belanda
sendiri berusaha menanamkan monopilinya di kedua kesultanan tersebu.
Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan
peperangan yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Daya tempur yang sangat lama ini karena di tunjang oleh
ajaran agama islam. Hal ini jarang jarang di kemukakan oleh para
sejarawan, karena merasa kurang relevan dengan predikat Pahlawan
Nasional. Atau karena alasan-alasan lain merasa kurang perlu
membicarakanya. Kalau toh mau membicarakan tentang agama yang di anut
oleh Si Singamangaraja XII, mereka lebih cenderung untuk mengakui Si
Singamangaraja XII beragama Pelbagu.
Pelbagu semacam agama animisme yang mengenal pula
pemujaan dewa. Debata Mulajadi sebagai mahadewa. Juga mengaenal ajaran
Trimurti: Batara Guru (dewa kejayaan), Debata Ser
Satu hal yang sukar diterima adalah bila Si
Singamangaraja XII beragama animisme, karena kalu kita perhatikan Cap Si
Singamangaraja XII yang bertuliskan huruf arab berbunyi; Inilah Cap
Maharaja di negri Toba kampung Bakara kotanya. Hijrah Nabi 1304.
Pada cap tersebut terlihat jelas penggunaan tahun
hijriah Nabi. Hal ini memberikan gambaran tentang besarnya pengaruh
ajaran Islam yang menjiwai diri Si Singamangaraja XII. Adapun huruf
batak yang masih pula di abadikan, adalah sama dengan tindakan Pangeran
Diponegoro yang masih mengguakan huruf jawa dalam menulis surat.
Begitu pula kalau kita perhatikan bendera perangnya.
Terlihat pengaruh Islam dalam gambar kelewang, matahari dan bulan. Akan
lebih jelas bila kita ikuti keterangan beberapa majalah atau koran
Belanda yang memberitakan tentang agama yang di anut oleh Si
Singamangaraja XII, antara lain;
Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis
een 5 tak jaren geleden tot den Islam jizn bekeerd, doch hij werd geen
fanatiek Islamiet en oefende geen druk op jizn ongeving uit om zich te
bekeeren. ( Sukatulis, 1907, hlm, 1)
Menurut kabar-kabar dari penduduk, raja yang sekarang (maksud Titularis
adalah Si Singamangaraja XII) semenjak lima tahun yang lalu memeluk
agama Islam yang fanatik, demikian pula dia meneka supaya orang-orang
sekelilingnya menukar agamanya.
Berita di atas ini memberikan data kepada kita bahwa Si
Singamangaraja XII beragama Islam. Selain itu, di tambahkan pula tentang
rakyat yang tidak beragama Islam, dan Si Singamangaraja XII tidak
mengadakan paksaan atau penekanan lainnya. Hal ini sekaligus memberikan
gambaran pula tentang penguasaan Si Singamangaraja XII terhadap ajaran
agama itu sendiri.
Sebaliknya tindakan penyebaran agama yang dilakukan
Rijnsche Zending di Toba di sertai dengan serbua militer Belanda.
Serangan yang semacam ini baik yang di lancarkan pada 1861 ataupun 1877
pada masa pemerintahan Si Singamangaraja XII, mempunyai motif penguasaan
daerah Toba yang subur.
Tidaklah mengherankan kalau Si Singamangaraja XII
memimpin rakyatnya membendung usaha perluasan wilayah tersebut. Dalam
pelawanan bersenjata ini beliau di bantu oleh Panglima nali yang berasal
dari Minangkabau dan Panglima Teuku Muhammad yang berasal dari Aceh.
Letak geografis Tapanuli yang berada di tengah-tengah
antara Aceh dan Sumatra Barat memungkinkan kedua daerah atau kesultanan
tersebut saling kerjasama. Selain adanya kesamaan keyakinan agama,
ditunjang oleh kondisi politik yang sama menghadapi ekspedisi wilayah
dari Belanda. Itulah sebabnya memungkinkan kedua panglimanya berasal
dari kedua kesultanan di atas.
Belanda sendiri ketika melihat situasi geografis yang
demikian itu, mempunyai kepentingan lain. Dengan di lancarkanya operasi
militer ke Toba, mempunyai motif melaksanakan tujuan wig pilitic
(politik bayinya) "O. Hashem, 1968, hlm. 31" yang untuk memisahkan
daerah Tapanili dati pengaruh Aceh dan Sumatra Barat.
Sekalipun Belanda memiliki persenjataan yang lebih
unggul, namun usaha penguasaan wilayah Tapanuli tidaklah semudah
yangdiperkirakan semula. Secara fisik memang sepintas dapat menguasai
Bahal Batu, Butar, dan Lobu Siregar. Tetapi apa artinya kalau penguasaan
wilayah ini tidak mampu menundukan kemauan rakyat. Faktor terkhir inilah
yang menjadi problem dalam setiap peperangan. Karena tidak ada rumus
bagaimana caranya menguasai kemauan dari bangsa yang telah di kuasai
negaranya. Dan tampaknya sedah menjadi kodrat alam tidak ada suatu
bangsa pun yang mau di jajah. Apalagi bangsa tersebut memiliki daya
tempur yang tinggi. Dan hal ini kebanyakan hanya di miliki oleh bangsa
yang telah mempunyai ajaran agama yang di dalamnya mengajarkan pembelaan
diri apabila di serang.
Di sini Si Singamangaraja XII telah memeluk agama yang
demikian itu, yaitu islam. Keyakinanya telah menunjangnya untuk mampu
bertahan dan berjuang selama tiga puluh tahun lamanya. Suatu kenyataan
sejarah yang tidak dapat di sangkal lagibahwa ajaran agama islam
mempunyai pengaruh besar tehadap perkembangan dan sikap jiwa bangsa
Indonesia.
Seseorang yang memeluk agama akan merasa dirinya kuat
dam lagi peperangan tidak dapat di kerjakan oleh seorang pemimpin,
melainkan merupakan hasil dari kerjasama. Hasil ini akan mudah dicapai
apabila masyarakatnya tersebutt terbina dalam ajaran agama. Karena dasar
ajaran agama tidak mengajarkan hidup secara individual sifatnya,
melainkan lebih menekankan kepada kegotongroyongan. Apabila masyarakat
tersebut telah meletakan kepercayaan sepenuhnya kepada kepemimpinan di
atasnya. Ini adalah sebagai faktor yang memudahkan untuk menumbuhkan
kesatuan gerak perjuangan.
Persyaratan yang demikian itu telah tumbuh dalam
masyarakat Tapanuli. Si Singamangaraja XII tidak hanya di anggap sebagai
seorang Maharaja tapi juga sebagai Imam di bidang agama. Faktor
kepercayaan yang telah di berikan rakyatnya ketangan Si Singamangaraja
XII merupakan faktoryang dominan yang memungkinkan dirinya di angkat
sebagai seorang keramat, sehingga Si Singamangaraja XII menjadi seorang
pemimpin yang kharimasnya besar.
Sekalipun demikian besar kekuasaan Si Singamangaraja
XII, tidak menjadikan dirinya sebagai seoarang sultan absolut. Malahan
rakyatnya memberikan gelar sebagai juru damai, yang selalu berpihak
kepada kepentingan rakyat.
Menghadapi seorang pemimpin rakyat yang demikian besar
pengaruhnya, Belanda harus menggunakan cara lain. Ibu, permaisuru, dan
kedua putranya di tangkap. Dengan cara ini belanda berharap dapat
membawa Si Singamangaraja XII kemeja perundingan.
Kompromi ini tidak mingkin tercapai. Karena kebencian Si
Singamangaraja XII terhadap Belanda telah ditanamkan sejak lama oleh
ayahnya. Juga di lakukan oleh bukti sejarah Si Singamangaraja X (Ompu
Tuan Nabolon) dan Raja Lambung putranya, dibunuh oleh Belanda.
Sejalan dengan situasi di Tapanuli tersebut, Belanda
melancarkan yang membabi butapula terhadap ulama di Aceh. Vetter
melanjutkan operasi militer seperti yang pernah di kerjakan oleh Van der
Heijden. Tindakan mereka ini merupakan realisasi nasehat Snouck Hurgroje
yang mengadakan pengejaran tanpa henti terhadap para ulama yang memimpin
gerilya. Operasi yang demikian kejam dengan mengadakan pembunuhan
semena-mena terhadap pemuka-pemuka Islam mendapat restu pula dari mentri
Bergsman.
Gerakan operasi militer yang demikian ini terdorong oleh
usaha ingin mematahkan saingan Inggris yang menjadikan Pulau Penang
sebagai pelabuhan yang mengekspor rempah-rempah dari Aceh. Saingan ini
ingin dipatahkan dengan menguasai daratan Aceh dan Tapanuli. Pulau
Sabang dijadikan pelabuhan batu bara yang mensuplai kapal-kapal yang
memblokade Aceh. Tentu saja untuk mendapatkan batu bara ini di perlukan
penguasa Ombilin dan Sawah Lunto di Sumatra Barat. Kedua daerah terakhir
ini telah berhasil di kuasainya. Hanya Tapanuli sebagai daerah subur
yang terletak di kedua wilayah tersebut yang masih belum mau
menandatangani "Korte Verklring".
Dengan latar belakang berbagai kepentingan di atas,
Belanda berusaha keras melancarkan operasi mematahkan kekuasaan Si
Singamangaraja hal ini akan menjadi mungkun karena gerilya ulama Aceh
mulai satu persatu terpatahkan.
Selain sekutu Si Singamangaraja XII mulai lemah, juga di
sebabkan persenjataan yang di milikinya tidak seimbang dengan yang
dimiliki Belanda. Politik PIntu Terbuka dengan adanya tuntunan pengamana
modal asing, melibatkan negara-negara imprealis lainya menunjang usaha
Belanda untuk mengakhiri perlawanan bersenjata Umat Islam Indonesia.
Termaksud Si Singamangaraja XII.
pada 17 juni 1907 di bawah pimpinan Kapten Christoffel,
Belanda menggempur pusat pertahanan Si Singamangaraja XII. Sampai saat
pertempuran terakhir ini, Si Singamangaraja XII bersama putrinya,
Lopian, memilih jalan gugur sebagai syuhada dari pada menyerahkan
Tapanuli di atas Korte Verklaring kepada Belanda.
Seluruh bangsa Indonesia merasa kehilangan jasad seorang
pahlawan Si Singamangaraja XII, tetapi tidak kehilangan jiwa dan
cita-citanya. Si Singamangaraja XII gugur sebagai syuhada, tetapi tidak
mati melainkan hidup abadi di hati bangsa di sisi Allah SWT.
Catatan:
Artikel ini disadur oleh teman seapartemen saya sendiri ( Aulia Rahman
Nursyahid )dari sebuah buku usang diantara tumpukan buku asing dengan
kondisi yang menghawatirkan denga judul "MENEMUKAN SEJARAH WACANA
PERGERAKAN ISLAM INDONESIA" Oleh: Prof. Drs. Ahmad Mansur Surya Negara
dan di Pubilkasikan oleh Penerbit Mizan, Cetakan I: Muharram 1416/Juni
1995. Dikarenakan buku ini termasuk langka, maka kami menyarankan kepada
siapapun yang memilkinya untuk menjaganya sebaik mungkin sehingga
nantinya bisa dinikmati oleh generasi setelah kita. Dan jika saudara/i
mempunyai versi PDF nya tolong dikirim ke mj.institute@yahoo.com atau
admin@mjinstitute.com.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar