Sabtu, 30 Agustus 2008

Maaf, amar ma’ruf dan berpaling.

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلينَ

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS Al-A'raf: 199)

Kita di tuntut untuk pemaaf, dan menganjurkan perbuatan ma’ruf. Tapi kepada siapa? Yang perlu dimaafkan adalah orang-orang yang melakukan aniaya kepada kita ( jamaah kaum muslimin) lalu bertaubat bahkan bisa jadi bergabung erat dengan kita. Tapi kepada yang berbuat keji kepada kita tanpa ada itikad untuk bertaubat, mereka layak diberi peringatan bukan permaafan. Adalah sebuah kebodohan apabila menyerahkan pipi kita untuk ditampar berulang-ulang kepada orang yang hoby menampar yang tidak pernah berfikir bahwa perbuatannya itu tidak benar.

Adalah Umar bin Khatab yang pada mulanya keras menentang Islam, sampai adiknya sendiri dipukul, tapi kemudian masuk Islam, dimaafkan bahkan dicintai dan dibanggakan perjuangan, sepak terjang dan segala pengorbanannya membela kebenaran.

Kemudian Abu Sofyan yang bewindu sudah memerangi rasulullah dan kaum muslimin, menganiaya dan membunuh orang-orang yang beriman belasan tahun, setelah menerima Islam Rasulullah Saw memaafkannya. Dalam futuh Makkah ketika Abu Sufyan menghadap Rasul Saw menyatakan keislamannya dalam kondisi tertunduk segan, Rasulullah Saw memukulkan kepalan tangannya dengan lembut ke dada Abu Sufyan seraya berkata: ”Dulu engkau begitu memusuhiku” padahal beberapa hari sebelumnya pun masih sebagai musuh, tapi redaksi Rasulullah dengan kata ”Dulu!!” yang menunjukan kesan , ”ya sudah itu masa lalu”. Permaafan yang menjadikan exs musuh besar bisa menjadi bagian kesatuan utuh kaum muslimin tanpa proses screening ataupun perploncoan yang menciptakan gap senior junior yang eksesnya adalah dendam turunan tanpa daya kapan bisa mengakhirinya.

Lalu pemafaan yang betul-betul hanya nabi mungkin yang bisa melakukannya adalah tatkala Wahsy dan Hindun, yang menombak dan mencincang dada Paman beliau yang amat sangat besar cinta Beliau Saw kepadanya. Terbukti pemafaan Rasulullah Saw ini, orang-orang yang gigih menentang beliau semasa jahiliyah, gigih pula membela Islam setelah keislamannya.

Amar Ma’ruf kemudian mengiringi berikutnya kepada orang yang sejak awal beriman dan yang baru bertaubat. Yang benar-benar bertaubat akan ta’at dan yang berpura-pura, akan terbongkar kemunafikannya.

Lalu orang bodoh,orang yang menganggap kesalahannya adalah kebenaran, penyesatan adalah hidayah,kerusakan adalah perbaikan, yang berpuluh, mungkin beratus bahkan beribu peringatan tidak bermanfaat merubahnya, bukan untuk mereka pemafaan, karena yang layak untuk mereka adalah ditinggalkan. Berpalinglah dari mereka, karena mereka akan menganggap merekalah yang telah berpaling dari kita.

Tidak ada komentar: