Sabtu, 30 Agustus 2008

Sehari sebelum Ramadhan

QS:8 Al-anfal ayat 31

وإذا تُتلى عليهم آياتناقالوا قد سمعنا لو نشاء لقلنا مثل هذا إنهذاإلا أساطير الأولين


31. dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau Kami menghendaki niscaya Kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala".

وإذا تُتلى عليهم آياتنا } القرآن { قالوا قد سمعنا لو نشاء لقلنا مثل هذا } قاله النضر بن الحارث لأنه كان يأتي الحيرة يتجر فيشتري كتب أخبار الأعاجم ويحدث بها أهل مكة { إن } ما { هذا } القرآن { إلا أساطير } أكاذيب { الأولين}.

.Kata 'alaihim' Mereka’ dalam ayat ini secara khusus, apabila mengacu kepada sabaab nuzulnya untuk kafir Quraisy (Nadhir bin Harits). Secara umum untuk orang -orang yang ingkar yang melecehkan ketika diberi peringatan. Tidak hanya itu mereka pelaku tipu daya untuk menghancurkan Islam yang mereka tentang yang pada akhirnya tipu daya mereka selalu pasti terkalahkan

mereka membuat tipu daya dan Allahlah sebaik-baik pembuat tipu daya (al anfal-30)


Golongan ini biasanya berasal dari kalangan elit yang mampu mengarahkan kebijakan mayoritas, segelintir tapi sangat berpengaruh. Menguasai berbagai bidang dan merasa tak ada, yang boleh pantas mengguruinya. Maka tatkala dibaca al-Qur’an kepada mereka, diberitahu sebuah bencana yang akan mendatangi mereka, reaksi pertama yang keluar dari mulut mereka biasanya, ”aku lebih tahu apa yang harus aku lakukan” dalam bahasa al-Qur’an ”Sesungguhnya Kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau Kami menghendaki niscaya Kami dapat membacakan yang seperti ini”.

Mungkin ini bahasa orang yang percaya diri karena memang percaya diri dan sombong bedanya tipis sekali. Tapi walaupun tipis tetap ada bedanya, yang percaya diri mungkin bahasanya bisa begini, ”aku pernah melalui ini doakan semoga aku cepat tahu apa yang seharusnya aku lakukan.”

Bahasa kesombongan bisa dikenali dari konteks kalimatnya. Menonjolkan kemampuan diri baik fakta ataupun dusta, kemudian diikuti perendahan kepada pihak lain. ”kalau Kami menghendaki niscaya Kami dapat membacakan yang seperti ini”, jelas ini dusta ”(Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala". Yang ini perendahan bahkan Nadhir menyebutnya


”dongeng dusta purbakala”{ إلا أساطير } أكاذيب { الأولين}..


Kesombongan yang diiringi dusta adalah komplikasi penyakit jiwa yang sangat akut. Membuat pelakunya terbutakan dari realita. Realita yang menguntungkan dan yang membahayakan. Yang mestinya keuntungan dapat diraih menjadi hilang dan bahaya yang mestinya dapat dihindar mencelakakan karenanya.

Semoga kita diselamatkan dari kesombongan dan kedustaan. Wallahu’alam bisshawaab.

Tidak ada komentar: